Ruhana dalam melawan penjajah bukan lewat perang melainkan tulisan dan kegiatan sosial.
Perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan kolonial membuatuhkan waktu yang sangat lama. Banyak pahlawan ikut andil dalam perjuangan melawan penjajahan.
Pahlawan yang melawan penjajah tidak hanya dari kaum laki-laki saja. Namun, wanita juga berperan dalam perjuangan melawan kolonial.
Mari kita bahas 13 pahlawan wanita yang berjuang pada masa penjajahan baik melalui perang hingga jalur pendidikan.
- Malahayati

Malahayati atau Keumalahayati merupakan pahlawan wanita yang berasal dari Kesultanan Aceh. Malahayati dikenal sebagai sosok pemberani yang dengan gigih mengusir penjajah Belanda.
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan untuk berperang melawan kapal-kapal dan benteng Belanda pada tanggal 11 September 1599. Malahayati berhasil mengalahkan pemimpin Belanda Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.
Perjuangan dari wanita bangsawan pemberani ini harus berakhir pada tahun 1615. Malahayati dinyatakan gugur ketika melindungi Teluk Kreung dari Serangan Portugis pimpinan Laksamana Alfonso De Castro.2
- Martha Cristina Tiahuha

Martha Cristina Tiahuha merupakan pahlawan wanita Indonesia yang berasal dari Maluku. Martha berjuang melawan tentara kolonial Belanda di Maluku.
Pada usia 17 tahun, Martha sudah mendampingi sang ayah Kapitan Paulus Tiahuha bersama pasukan pimpinan Kapitan Pattimura untuk bertempur melawan Belanda di Pulau Saparua.
Berkat keberaniannya, Martha dijuluki sebagai srikandi Maluku. Martha Cristina Tiahuha wafat pada tanggal 2 Januari 1818.
- Cut Nyak Meutia

Cut Nyak Meutia adalah pahlawan wanita Indonesia dari Aceh. Cut Nyak Meutia lagut di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, Kesultanan Aceh.
Ia dikenal sebagai sosok pemberani yang memiliki tekad juang dan semnagat tinggi untuk mengusir penjajah. Ia bersama pasukannya menyerang serta merampas pos-pos kolonial.
Perjuangan Cut Nyak Meutia harus berakhir akibat pasukannya kalah perang dengan Marechausse di Alue Kurieng. Cut Nyak Meutia dinyatakan gugur dalam petempuran itu pada tanggal 24 Oktober 1910.
- Nyai Ageng Serang

Nyai Ageng Serang memiliki nama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi. Ia lahir tahun 1752 di Serang, Purwodadi, Jawa Tengah.
Nyai Ageng Serang adalah putri dari Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah kecil dari Kerajaan Mataram. Nyi Ageng Serang melawan pemerintah Belanda bersama suami, ayah, serta kakaknya.
Mereka berjuang membela rakyat yang melawan penjajah Belanda kala itu dibantu oleh Paku Buwono I. Perjuangan Nyi Ageng Serang tak padam walau keluarganya sudah gugur.
Ia berjuang melawan penjajah hingga usia 73 tahun.
- Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dien adalah pahlawan wanita dari Aceh. Ia lahir pada tahun 1848 di Lampapadang, Kesultanan Aceh (sekarang Provinsi Aceh).
Cut Nyak Dien berjuang dalam medan perang melawan pemerintah kolonial Belanda. Perjuangannya melawan Belanda sangat gigih meskipun sang suami gugur lebih dulu.
Ia sempat ditangkap pemerintahan Belanda karena melakukan perlawanan. Cut Nyak Dien wafat dalam pengasingan pada tanggal 6 November 1908.
- Andi Depu

Sosok pahlawan wanita Andi Depu lahir bulan Agustus tahun 1907 di Tinambung, Polewali Mandar. Ia lahir dengan nama asli Andi Depu Maraddia Balanipa.
Andi Depu juga sosok pahlawan wanita pemberani yang melawan penjajah. Ia berhasil mempertahankan wilayahnya dari penaklukan Belanda.
Andi Depu pun berani mengibarkan bendera merah putih ketika pasukan Jepang datang ke Mandar pada tahun 1942. Berkat keberaniaannya mengibarkan sang saka merah putih dihadapan pasukan Jepang, Seokarno menganugerahinya Bintang Mahaputra Tingkat IV.
- Ruhana Kuddus

Ruhana Kuddus dikenal sebagai pahlawan wanita yang brilian. Ia lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam pada tanggal 20 Desember 1884.
Ruhana adalah anak dari Mohammad Rasjad Maharadja Soetan menjabat sebagai kepala jasa di pemerintahan Hindia Belanda. Perjuangan Ruhana dalam melawan penjajah bukan lewat perang melainkan tulisan dan kegiatan sosial.
Ruhana menulis di media untuk memperjuangkan kemerdekaan. Ia juga menjadi pelopor berdirinya dapur umum dan badan sosial yang digunakan untuk membantu para pejuang.
Kebrilianan Ruhana paling keren yakni mencetuskan ide penyeludupan sejata dengan cara menyembunyikan dalam sayuran dan buah diangkut dari Koto Gadang ke Bukittinggi. Sejata itu selanjutnya dibawa ke Payakumbuh menggunakan kereta api. Ruhanna meninggal di usia 87 tahun.
- Opu Daeng Risadju

Opu Daeng Risadju mempunyai nama kecil Famajjah. Ia adalah anak dari pasangan suami istri keturunan bangsawan, Muhammad Abdullah To Baresseng dan Opu Daeng Mawellu.
Ia menikah dengan ulama yang pernah tinggal di Mekkah bernama H Muhammad Daud. Namanya Opu Daeng Risadju, dia peroleh usai sang suami diangkat menjadi imam masjid istana Kerajaan Luwu.
Perjuangannya melawan pemerintahan kolonial dia lakukan bersama sang suami melalui politik. Ia dan suaminya mendirikan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) cabang Palopo untuk menentang pemerintahan kolonial saat itu.
Perjuangan Opu Daeng Risadju tersebut menimbulkan rasa khawatir bagi pemerintahan kolonial Belanda. Opu Daeng Risadju mendapat banyak ancaman dan tekanan bahkan pencabutan gelar kebangsawaannya. Namun, ia tetap gigih berjuang melawan penjajah.
- Rasuna Said
Pahlawan wanita ini bernama lengkap Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Ia lahir tanggal 14 September 1910 di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Rasuna Said berjuang dalam bidang kemajuan dan pendidikan kaum wanita. Ia mendirikan Sekolah Thawalib di Padang.
Rasuna Said juga berjuang lewat jaluk politik melalui pidato dan tulisan di koran. Ia berpidato mengecam pemerintahan Belanda sampai terkena hukum Speek Delict.
Tak hanya lewat ucapan, ia mengkritik pemerintahan Belanda melalui tulisan yang dimuat dalam koran mingguan bernama Menara Poetri. Ia wafat pada tanggal 2 November 1965.
- Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis merupakan pahlawan wanita asal Sulawesi Utara. Ia memiliki nama asli Maria Josephine Catherine Maramis.
Ia lahir tanggal 1 Desember 1872 di Kema, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Maria Walanda berjuang melawan penjajah dengan mengangkat isu kemajuan dan emansipasi wanita. Ia mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT).
Organisasi ini bertujuan menjadi wadah untuk memajukan perempuan Minahasa. PIKAT berhasil berkembang dengan pesat hingga mempunyai cabang di Jawa dan Kalimantan.
Maria Walanda juga mendirikan sekolah khusus anak-anak perempuan. Sekolah itu diberi nama Husihound School PIKAT.
Anak-anak perempuan yang sekolah di sini tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis. Maria Walanda membuka pula Sekolah Kejuruan Putri yang lengkap dengan fasilitas asrama. Maria Walanda wafat di usia 51 tahun pada tanggal 22 April 1924.
- Siti Walidah

Siti Walidah adalah istri dari pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Ia lahir tanggal 3 Januari 1872 di Kauman, Yogyakarta.
Perjuangan Siti Walidah dibidang pendidikan bersama sang suami. Mereka memperjuangkan kesetaraan pendidikan bagi masyarakat kecil.
Bersama sang suami, ia mendirikan organisasi Sopo Tresno dan Aisyiyah. Kedua organisasi ini juga bergerak untuk memajukan perempuan di bidang pendidikan. Siti Walidah wafat tanggal 31 Mei 1946 dimakamkan di belakang Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.
- Dewi Sartika

Pahlawan wanita ini lahir dengan nama Raden Dewi Sartika. Ia lahir tnggal 4 Desember 1884 di Cicalengka, Bandung.
Pejuangannya Dewi Sartika dilakukan melalui dunia pendidikan. Ia merintis sekolah untuk rakyat pribumi terutama kaum wanita.
Sekolah pertama yang didirikannya adalah Sekolah Istri di Pendopo Kabupaten Bandung. Selama tahun 1912-1920, ia berhasil mendirikan banyak sekolah disetiap kota di Jawa Barat. Ia meninggal dunia dalam masa perang kemerdekaan tanggal 11 September 1947.
- R.A Kartini

Pahlawan yang dijuluki pelopor emansipasi wanita ini lahir dengan nama Raden Adjeng Kartini. Ia lahir tanggal 21 April 1947 di Jepara.
Ayahnya adalah Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara. Meskipun berasal dari kalangan priyayi, Kartini sanhgat peduli dengan kesejahteraan rakyat kecil, terutama wanita.
Ide-ide kemajuan dituangkannya dalam banyak buku. Salah satu buku tulisan gagasannya yang terkenal berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Kartini wafat pada tanggal 17 September 1904 saat berusia 25 tahun.